Hari ini belajar tentang penting nya goal
setttings
Ibaratkan seorang orang terburu-buru mau
beli tiket? Tapi tidak tau mau kemana, ini aneh kan , tapi kita melakukannya dalam kehidupan
sehari-hari, kita tak tau goal dan definisi sukses keluarga kita apa, tapi kita
tiap hari selalu terburu-buru mengerjakan sesuatu.
Seorang altet pemanah olimpiade akan
berlomba, dengan anda, supaya menang maka apa yang anda lakukan? Mungkin
menutup mata dia dengan kain, terus memutar-mutar badannya sehingga dia
kehilangan balance, dan menyuruhnya memanah target awal yang sama dengan anda.
Altet tersebut pasti gagal kan ,
karena dia tidak tau dimana dia harus memanah targetnya. Sama seperti kita,
hidup ini perlu target sehingga kita baru tau kita sudah sukses atau belum.
Sukses adalah hari dimana kita mendapatkan
pencapaian atas tujuan perencanaan kita. Pre set goals kita yang ketemu dengan
kenyataan adalah kesuksesan.
Tujuannya keluarga, pencapaiannya bisa
dibagi dalam beberapa tahapan, yaitu jangka panjang, menengah dan jangka
pendek. Di tahap jangka panjang, keinginannya itu, misal, anak-anak memiliki
kualitas lebih baik dari orangtuanya, lebih tinggi tingkat pendidikannya, dan
pemahaman agama yang lebih mendalam. Jangka menengahnya, menyiapkan sarana
prasarana, seperti menyiapkan rumah yang nyaman dan biaya pendidikan. Sedangkan
di jangka pendek, membuat program untuk membiasakan anak beribadah, menemani
anak belajar, memberikan makanan yang sehat, dll.
Goal itu harus dibuat breakdown atau program turunannya. Contoh, goal
kita ingin melahirkan generasi berkualitas. Artinya, keluarga yang semua
anggotanya memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi dan dalam pengetahuan
agamanya. Breakdown-nya,
program-program pendidikan, seperti waktu khusus untuk kursus dan disiplin
belajar serta membaca kitab suci.
Manfaat penetapan goal setting- Tidak
tersesat, Kompak dan Harmonis
Adanya penetapan goal keluarga ini
membentuk keluarga berkepribadian matang. keluarga yang terbiasa menyusun
target membuat mereka terbiasa berkomunikasi. Kemampuan untuk saling
mengutarakan pendapat dan toleransi pun kian terasah. Goal setting adalah tools (alat) untuk mencapai apa yang kita
inginkan lebih cepat dan terarah. Tapi sebagai pribadi, kita akan lebih lentur
mendengar, menerima pendapat orang lain dan pengertian
Keluarga pun makin kompak. Sebab, aspirasi
semua anggota keluarga sudah tersalurkan dan tahu target apa yang akan mereka
capai. Target anak tahun ini ingin ikut les balet, maka ia tak marah jika
orangtuanya harus memotong uang jajan sehingga keinginannya dapat
tercapai.
Tak cuma itu, keluarga jadi tangguh dan
harmonis. Kok bisa? Kalau mereka menemui kendala saat pencapaian target tadi,
sudah tahu sama tahu. Sehingga, mereka hadapi masalah itu bersama dan sadar
harus bekerja keras untuk mencapai target itu.
Tanpa ada target dan tidak saling
mengemukakan aspirasi, alhasil tiap anggota jalan sendiri-sendiri mencapai
mimpinya. Kelak, mereka akan menemukan titik bentrok dengan mimpi anggota
keluarga lainnya. Misal, suami punya target jadi manajer, sedangkan istri ingin
berwirausaha. Karena tak ada komunikasi, ketika istri punya masalah saat
mencapai impiannya, suami akan menganggap masalah itu mengganggu kariernya.
Hindari memaksakan kehendak. Jika suami
ada masalah dan istri tak mendukung, ia akan bilang, “Mama bilang juga apa!”
Alhasil, goal-nya tidak efektif. Hal ini dapat
menimbulkan konflik, bahkan tak menutup kemungkinan berujung pada perceraian.
Ajak Bicara, Libatkan Keluarga
Seluruh anggota keluarga harus dilibatkan!
Idealnya memang musyawarah mufakat. Kalau
pun tidak seperti itu, alami saja. Hal terpenting, kita punya pegangan dan
komitmen dengan apa yang sudah kita rencanakan sejak awal bersama.
Kita tak memungkiri, saat memasuki gerbang
ini, kita mungkin menemui kendala. Misal, suami menanggapi dingin, kesulitan
karena pasangan tidak terbiasa membuat target dan beda prinsip. Jangan
khawatir,selalu ada solusi untuk tiap masalah.
Apabila pasangan menanggapi dingin. Cari
waktu dan celah yang tepat untuk membicarakan goal keluarga dengan pasangan. Contoh,
ketika dia sedang dalam suasana santai atau liburan. Bicarakan serius tapi
santai. Anda tak perlu bersiap bawa pulpen dan catatan layaknya sekretaris.
Tampung saja aspirasinya, cukup ingat dalam memori, selanjutnya catat, lalu
Anda tekankan lagi kepadanya di lain kesempatan.
Ini artinya, kita tak bisa menuntut
pasangan untuk menyelesaikan pembicaraan perihal tujuan keluarga dalam sehari.
Apalagi, pembicaraan ini harus menyentuh ranah kendala dan antisipasi saat
mencapainya. bersabarlah
Ketika pasangan tak seirama atau beda
prinsip. Misal, ia menganut prinsip ‘hidup mengalir seperti air’, maka hal yang
dapat Anda lakukan memotivasinya. Buat dia paham pentingnya setiap keluarga
punya target dan apa manfaatnya.
Sebagai langkah awal, Anda harus menjadi
contoh. Lalu, buat target jangka pendek yang telah disepakati bersama, mudah
dicapai dan memiliki kendala paling minimal. “Jadi, jangan bikin target yang
muluk dulu. Intinya, kan ,
memotivasi pasangan,” katanya.
Rancang Goal dengan Efektif
Hal utama yang harus dicamkan saat membuat
tujuan, harus tertulis. Bahkan, setelah
keluarga menyaring lalu menyepakati target, segera membingkainya. Misal,
menggunakan pigura foto. Lalu, letakkan di tempat yang mudah dilihat dan sering
dilalui anggota keluarga. Tujuannya, sebagai pengingat, penyemangat dan
evaluasi. Kalau malu dilihat tetangga, pasang target keluarga bergambar menarik
sebagai wallpaper di layar laptop. Seru, kan ?
Dalam menetapkan target, pertama kita menetapkan visi dan
misi. “Buat pandangan (visi) ke depan. Misal, lima tahun, sepuluh, sampai 20 tahun ke depan
itu akan seperti apa,” katanya sambal mengingatkan tak ada kata terlambat bagi
keluarga yang sampai saat ini belum menyusun target.
Selanjutnya, buat misi. Contoh: mempersiapkan
generasi berkualitas sehingga kita bisa ikut berkontribusi membangun peradaban
bangsa dan umat.
Buatlah target SMART ( Spesific,
Measurable, Achievable, Realistis, dan Time line) agar lebih mudah
menjalankannya, tiap anggota keluarga membuat daftar target yang ingin ia
capai. Di sinilah keluarga dapat saling melengkapi, memahami dan terbuka. Lalu,
pecah ke dalam target jangka pendek. Untuk menentukan target jangka pendek,
pilih yang kendalanya paling sedikit.
Jangan lupa evaluasi. “Kalau aktivitas
kita melenceng dari target yang ditetapkan, tiap anggota keluarga berhak
mengigatkan, saling menyemangati agar kembali ke jalur yang benar. Kalau tidak
efektif, evaluasi apa penyebabnya.
Sumber:
Ernest Wong
Umi Sulatin Sulistyo
Amang Syafrudin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar