Kamis, 13 Maret 2014

Goal Setting keluarga itu penting lo

Hari ini belajar tentang penting nya goal setttings
Ibaratkan seorang orang terburu-buru mau beli tiket? Tapi tidak tau mau kemana, ini aneh kan, tapi kita melakukannya dalam kehidupan sehari-hari, kita tak tau goal dan definisi sukses keluarga kita apa, tapi kita tiap hari selalu terburu-buru mengerjakan sesuatu.
Seorang altet pemanah olimpiade akan berlomba, dengan anda, supaya menang maka apa yang anda lakukan? Mungkin menutup mata dia dengan kain, terus memutar-mutar badannya sehingga dia kehilangan balance, dan menyuruhnya memanah target awal yang sama dengan anda. Altet tersebut pasti gagal kan, karena dia tidak tau dimana dia harus memanah targetnya. Sama seperti kita, hidup ini perlu target sehingga kita baru tau kita sudah sukses atau belum.
Sukses adalah hari dimana kita mendapatkan pencapaian atas tujuan perencanaan kita. Pre set goals kita yang ketemu dengan kenyataan adalah kesuksesan.
Tujuannya keluarga, pencapaiannya bisa dibagi dalam beberapa tahapan, yaitu jangka panjang, menengah dan jangka pendek. Di tahap jangka panjang, keinginannya itu, misal, anak-anak memiliki kualitas lebih baik dari orangtuanya, lebih tinggi tingkat pendidikannya, dan pemahaman agama yang lebih mendalam. Jangka menengahnya, menyiapkan sarana prasarana, seperti menyiapkan rumah yang nyaman dan biaya pendidikan. Sedangkan di jangka pendek, membuat program untuk membiasakan anak beribadah, menemani anak belajar, memberikan makanan yang sehat, dll.
Goal itu harus dibuat breakdown atau program turunannya. Contoh, goal kita ingin melahirkan generasi berkualitas. Artinya, keluarga yang semua anggotanya memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi dan dalam pengetahuan agamanya. Breakdown-nya, program-program pendidikan, seperti waktu khusus untuk kursus dan disiplin belajar serta membaca kitab suci.

Manfaat penetapan goal setting- Tidak tersesat, Kompak dan Harmonis
Adanya penetapan goal keluarga ini membentuk keluarga berkepribadian matang. keluarga yang terbiasa menyusun target membuat mereka terbiasa berkomunikasi. Kemampuan untuk saling mengutarakan pendapat dan toleransi pun kian terasah. Goal setting adalah tools (alat) untuk mencapai apa yang kita inginkan lebih cepat dan terarah. Tapi sebagai pribadi, kita akan lebih lentur mendengar, menerima pendapat orang lain dan pengertian
Keluarga pun makin kompak. Sebab, aspirasi semua anggota keluarga sudah tersalurkan dan tahu target apa yang akan mereka capai. Target anak tahun ini ingin ikut les balet, maka ia tak marah jika orangtuanya harus memotong uang jajan sehingga keinginannya dapat tercapai. 
Tak cuma itu, keluarga jadi tangguh dan harmonis. Kok bisa? Kalau mereka menemui kendala saat pencapaian target tadi, sudah tahu sama tahu. Sehingga, mereka hadapi masalah itu bersama dan sadar harus bekerja keras untuk mencapai target itu.
Tanpa ada target dan tidak saling mengemukakan aspirasi, alhasil tiap anggota jalan sendiri-sendiri mencapai mimpinya. Kelak, mereka akan menemukan titik bentrok dengan mimpi anggota keluarga lainnya. Misal, suami punya target jadi manajer, sedangkan istri ingin berwirausaha. Karena tak ada komunikasi, ketika istri punya masalah saat mencapai impiannya, suami akan menganggap masalah itu mengganggu kariernya.
Hindari memaksakan kehendak. Jika suami ada masalah dan istri tak mendukung, ia akan bilang, “Mama bilang juga apa!” Alhasil, goal-nya tidak efektif. Hal ini dapat menimbulkan konflik, bahkan tak menutup kemungkinan berujung pada perceraian.

Ajak Bicara, Libatkan Keluarga
Seluruh anggota keluarga harus dilibatkan!
Idealnya memang musyawarah mufakat. Kalau pun tidak seperti itu, alami saja. Hal terpenting, kita punya pegangan dan komitmen dengan apa yang sudah kita rencanakan sejak awal bersama.
Kita tak memungkiri, saat memasuki gerbang ini, kita mungkin menemui kendala. Misal, suami menanggapi dingin, kesulitan karena pasangan tidak terbiasa membuat target dan beda prinsip. Jangan khawatir,selalu ada solusi untuk tiap masalah.
Apabila pasangan menanggapi dingin. Cari waktu dan celah yang tepat untuk membicarakan goal keluarga dengan pasangan. Contoh, ketika dia sedang dalam suasana santai atau liburan. Bicarakan serius tapi santai. Anda tak perlu bersiap bawa pulpen dan catatan layaknya sekretaris. Tampung saja aspirasinya, cukup ingat dalam memori, selanjutnya catat, lalu Anda tekankan lagi kepadanya di lain kesempatan.
Ini artinya, kita tak bisa menuntut pasangan untuk menyelesaikan pembicaraan perihal tujuan keluarga dalam sehari. Apalagi, pembicaraan ini harus menyentuh ranah kendala dan antisipasi saat mencapainya. bersabarlah
Ketika pasangan tak seirama atau beda prinsip. Misal, ia menganut prinsip ‘hidup mengalir seperti air’, maka hal yang dapat Anda lakukan memotivasinya. Buat dia paham pentingnya setiap keluarga punya target dan apa manfaatnya.
Sebagai langkah awal, Anda harus menjadi contoh. Lalu, buat target jangka pendek yang telah disepakati bersama, mudah dicapai dan memiliki kendala paling minimal. “Jadi, jangan bikin target yang muluk dulu. Intinya, kan, memotivasi pasangan,” katanya.

Rancang Goal dengan Efektif
Hal utama yang harus dicamkan saat membuat tujuan, harus tertulis. Bahkan, setelah keluarga menyaring lalu menyepakati target, segera membingkainya. Misal, menggunakan pigura foto. Lalu, letakkan di tempat yang mudah dilihat dan sering dilalui anggota keluarga. Tujuannya, sebagai pengingat, penyemangat dan evaluasi. Kalau malu dilihat tetangga, pasang target keluarga bergambar menarik sebagai wallpaper di layar laptop. Seru, kan?
Dalam menetapkan target,  pertama kita menetapkan visi dan misi. “Buat pandangan (visi) ke depan. Misal, lima tahun, sepuluh, sampai 20 tahun ke depan itu akan seperti apa,” katanya sambal mengingatkan tak ada kata terlambat bagi keluarga yang sampai saat ini belum menyusun target.
Selanjutnya, buat misi. Contoh: mempersiapkan generasi berkualitas sehingga kita bisa ikut berkontribusi membangun peradaban bangsa dan umat.
Buatlah target SMART ( Spesific, Measurable, Achievable, Realistis, dan Time line) agar lebih mudah menjalankannya, tiap anggota keluarga membuat daftar target yang ingin ia capai. Di sinilah keluarga dapat saling melengkapi, memahami dan terbuka. Lalu, pecah ke dalam target jangka pendek. Untuk menentukan target jangka pendek, pilih yang kendalanya paling sedikit.
Jangan lupa evaluasi. “Kalau aktivitas kita melenceng dari target yang ditetapkan, tiap anggota keluarga berhak mengigatkan, saling menyemangati agar kembali ke jalur yang benar. Kalau tidak efektif, evaluasi apa penyebabnya.
Sumber:
Ernest Wong
Umi Sulatin Sulistyo 

Amang Syafrudin 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar