Monthly Focus
Disregard the political noises
We are two days away from meeting the new president of Indonesia who will serve the country for the next 5 years. We are disregarding the political noises and retaining our positive economic outlook post-election. We expect the newly elected president to kick start the long anticipated economic reforms, which we believe will fuel Indonesia’s economic growth. We believe in Indonesia’s growth potential and suggest investors to Buy Indonesia.
Improving macro to build a firm support for any downside risks
Recent macro data releases reveal that economic conditions are improving. May trade balance turned to a surplus (USD69.9mn) from a shocking deficit in April (USD2.0bn). Inflation eased to 6.7% YoY in June, thanks to the meaningful fall in food and transportation/communication prices. The HSBC PMI data for the month of June extended its expansionary trend with a reading of 52.7 (highest since data was compiled). Collectively, we expect improving macro backdrop will reinforce investor confidence see limited risk to the downside.
Our preference sectors in the presidential election
In two days, the people of Indonesia will meet the new president who will serve Indonesia for the next five years. While most of people are anticipating for a big change, the economy has been losing steam. Investors are delaying their investment commitments until the presidential election is over and government and regulatory bodies are making no significant changes to their economic policies. Also, equity investors are taking a wait-and-see approach until the uncertainties are cleared away. We are taking a contrarian view. During the consolidation phase, we suggest investors to take this opportunity to accumulate stocks. Our preference sectors are banking, infrastructure and consumers.
Disregard the political noises
Menurut jajak pendapat terbaru, pemilihan presiden pada 9 Juli mendatang akan menjadi panggilan dekat. Berdasarkan survei terbaru yang dilakukan oleh LSI (antara Juni 1 sampai 10), tingkat persetujuan Jokowi-Kalla tercatat sebesar 42%, melampaui tingkat persetujuan Prabowo-Hatta sebesar 3% p. Yang perlu diketahui adalah 19% pemilih belum memutuskan, yang kami percaya merupakan kunci bagi kedua belah pihak untuk memenangkan pemilu. Investor saham telah merespon perlombaan ketat dengan sudut pandang konservatif.
Berdasarkan pengamatan kami, sebagian besar penduduk Indonesia telah memutuskan pilihannya masing-masing. Kebanyakan orang Indonesia memiliki preferensi politik yang jelas dan tahu siapa yang akan dipilih, dan mereka tidak malu untuk berbagi preferensi politik mereka dengan orang lain. Kami melihat persentase pemilih yang belum memutuskan cukup mengejutkan (19% menurut survei terbaru oleh LSI dan 14,5% sesuai dengan rata-rata beberapa survei).
Mengingat karakteristik Jokowi dan Prabowo berdiri di masing-masing ujung spektrum (yaitu, sama sekali berbeda), kami tidak percaya pemilih yang belum memutuskan (undecided voters) akan mempertimbangkan karakteristik dan latar belakang kedua capres. Jika karakteristik individu merupakan faktor kunci, maka kami melihat masyarakat sudah memutuskan pilihan mereka dari sekarang. Selain itu, mengingat pemilih memiliki waktu yang cukup untuk meninjau komitmen politik dari para calon melalui media massa dan debat di TV, maka kita dapat berasumsi bahwa pendorong utama untuk menarik dukungan dari pemilih yang belum memutuskan adalah komitmen politik.
Melihat penentuan presiden baru Indonesia yang akan melayani negara selama 5 tahun ke depan, kami mengabaikan isu-isu politik dan mempertahankan prospek ekonomi yang positif pasca pemilu. Kami berharap presiden baru yang terpilih dapat memulai reformasi ekonomi telah lama diantisipasi, yang kami percaya akan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kami percaya pada potensi pertumbuhan di Indonesia dan menyarankan investor untuk membeli Indonesia.
Dicl on
Betrand R n friends
Tidak ada komentar:
Posting Komentar