Rabu, 19 Februari 2014

Outlook 2014 BNIS

Investment
Outlook 2014
Volatilitas bursa saham Indonesia dalam menghadapi Pemilu dan kebijakan The Fed pada tahun 2014
Dipersiapkan oleh : Tim Riset BNIS
Edisi Periode Desember 2013

3 RINGKASAN EKSEKUTIF (EXECUTIVE SUMMARY)
RINGKASAN EKSEKUTIF (EXECUTIVE SUMMARY)
Analyst: Norico Gaman
Kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tidak lebih baik pada tahun 2013 bila dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2012 lalu tampaknya telah memberikan sentimen negatif bagi para pelaku pasar di bursa saham Indonesia. Pada tahun 2012 lalu ekonomi Indonesia mampu bertumbuh di level 6,2% sedangkan pada tahun 2013 hanya mampu bertumbuh sebesar 5,7%. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) pada level 3,8% yang jauh di atas target pemerintah dimana CAD idealnya di bawah 2,5%. Selain itu pelemahan nilai tukar rupiah (IDR) terhadap dolar AS (USD) dan terus naiknya suku bunga acuan BI yang diperkirakan dapat mencapai level 8% turut mempengaruhi perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah-tengah kekhawatiran pasar akan langkah bank sentral AS, the Fed, mengurangi atau bahkan menghentikan stimulus ekonominya atau tapering off quantitative easing. Akumulasi sentimen negatif internal dan eksternal berdampak pada pergerakan bursa saham yang cenderung fluktuatif pada tahun 2013 ini.

Pada tahun 2014 tantangan ekonomi Indonesia akan dihadapi oleh PEMILU dan kebijakan the Fed di bawah pimpinan Gubernur yang baru, Janet Yellen. Pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2014 diperkirakan bertumbuh dalam kisaran 5,0% - 5,5% yang merefleksikan perlambatan pertumbuhan ekonomi dibandingkan pada tahun 2013. Sementara itu isu batas utang (debt ceiling) pemerintah AS yang bergulir kembali pada kuartal pertama 2014 (1Q14) akan menjadi perhatian pelaku pasar terhadap arah pertumbuhan ekonomi global dan Indonesia ke depan. Karena itu kondisi bursa saham Indonesia pada tahun 2014 akan berfluktuatif kembali dengan volatilitas yang tinggi. Perhelatan PEMILU diharapkan dapat mengurangi gejolak di bursa saham Indonesia karena adanya mobilisasi dana kampanye yang diperkirakan dapat menambah pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 0,2%. Namun demikian para pelaku pasar tetap selalu selektif dalam berinvestasi di pasar modal ketika kondisi ekonomi nasional belum membaik pada tahun 2014.

104 TECHNICAL SECTOR ROTATION
TECHNICAL SECTOR ROTATION
Sektor Infrastruktur menunjukkan trend penurunan jangka pendek, meski masih outperform IHSG di 2013. Hal tersebut menunjukkan adanya resiko penurunan dalam jangka pendek, meski peluang kenaikan untuk jangka menengah dan jangka panjang masih terbuka.
Top value sektor ini: EXCL, META, PGAS, TLKM, JSMR, TBIG, TAXI.

BUY ON WEAKNESS
Sektor Properti dan Konstruksi masih Outperform IHSG. Kondisi tersebut seharusnya masih peluang kenaikan, meski ada peluang high volatity jangka pendek, namun dalam jangka menengah dan jangka panjang masih dapat melanjutkan trend kenaikan
Top value: ASRI, ADHI, BEST, BSDE, CTRA, LPCK, LPKR, MDLN, PTPP, PWON, SSIA, WIKA.
BUY ON WEAKNESS.

Sektor Properti vs IHSG
Sektor Infrastruktur vs IHSG
Analyst: Andri Zakarias S
105 TECHNICAL SECTOR ROTATION

TECHNICAL SECTOR ROTATION
Sektor Perdagangan masih outperform IHSG di 2013, meskipun peluang kenaikan relatif terbatas. Meski ada resiko penurunan jangka pendek, namun trend masih bullish dalam jangka menengah dan jangka panjang. Kondisi tersebut menunjukan Sektor ini masih menjadi pilihan .
Top value di sektor ini: ACES, AKRA, ERAA, MAPI, MNCN, MSKY, MPPA, MLPL, RALS, SCMA
HOLD.

Sektor Barang Konsumsi Outperform IHSG sejak pertengahan tahun 2013. Sektor konsumsi masih memiliki peluang kenaikan di 2014, meski ada resiko penurunan jangka pendek di semester 1 2014. Kondisi tersebut menunjukan Sektor ini masih menjadi pilihan.
Top Value di sektor ini: AISA, INDF, ICBP, GGRM, KLBF, ROTI, ULTJ, UNVR.
HOLD.

Sektor Perdagangan vs IHSG
Sektor Konsumsi vs IHSG
Analyst: Andri Zakarias S
106 TECHNICAL SECTOR ROTATION
TECHNICAL SECTOR ROTATION
Sektor Industri dasar menunjukkan kinerja dan return lebih buruk di banding IHSG di 2013. Resiko penurunan masih terbuka untuk trend jangka pendek, meski trend jangka menengah - panjang masih dalam trend kenaikan.
Top Value di sektor ini: INTP, SMGR, SMCB, CPIN, JPFA, MAIN.

BUY ON WEAKNESS
Sektor Aneka Industri vs IHSG
Sektor Aneka Industri masih underperform dibandingkan IHSG. Peluang kenaikan Aneka Industri terbatas di 2014, kecenderungan memiliki resiko penurunan untuk trend jangka pendek. Meski ada peluang moderat hingga akhir tahun.
Top Value: AUTO, ASII, GJTL, IMAS, MASA.
BUY ON WEAKNESS
Sektor Industri Dasar vs IHSG
Analyst: Andri Zakarias S

107 TECHNICAL SECTOR ROTATION

TECHNICAL SECTOR ROTATION
Sektor Perkebunan menunjukan trend kenaikan sejak pertengahan 2013, meski masih underperform dibandingkan IHSG pertumbuhan yang stagnan. Peluang kenaikan sektor perkebunan mulai terbuka di semester 1 2014 dengan risk = reward.
Top value: AALI, BWPT, LSIP, SIMP, SGRO, TBLA.
SPECULATIVE BUY

Sektor Finansial menunjukkan kinerja dan return seimbang dengan IHSG. Sektor Finansial diperkirakan memiliki resiko penurunan kembali untuk jangka pendek, meski ada peluang kenaikan terbatas dalam jangka menengah hingga jangka panjang.
Top value: BBCA, BBNI, BBRI, BMRI.
BUY ON WEAKNESS.
Sektor Finance vs IHSG
Sektor Perkebunan vs IHSG
JCI : Leading
Finance : Lagging
Analyst: Andri Zakarias S
108 TECHNICAL SECTOR ROTATION
TECHNICAL SECTOR ROTATION

Sektor Pertambangan vs IHSG
Sektor Pertambangan menunjukkan trend kenaikan sejak pertengahan 2013, meski underperform dari sisi kinerja maupun return dalam 2 tahun terakhir. Trend kenaikan sektor mining dapat berlanjut hingga akhir tahun 2014.
Top value: ADRO, ANTM, CNKO, HRUM, INCO, ITMG, KKGI, MEDC, PTBA, TINS.
SPECULATIVE BUY
Analyst: Andri Zakarias S

Tidak ada komentar:

Posting Komentar