Si Pengamat & yang Diamati
Bagaimana Kita Mengakhiri Rasa Takut?
Kita tengah mendiskusikan sesuatu yang membutuhkan perhatian Anda, bukan
kesetujuan atau ketidaksetujuan Anda. Kita memandang kehidupan secara
ketat, obyektif, jernih bukan menurut perasaan Anda, khayalan Anda, apa
yang Anda suka atau tidak suka. Yang kita suka dan yang kita tidak suka
itulah yang telah menciptakan seluruh kesengsaraan ini. Seluruh yang
kita kemukakan adalah ini: Bagaimana kita mengakhiri rasa takut?Itu
adalah salah satu masalah besar kita, oleh karena jika manusia tidak
dapat mengakhirinya, ia hidup abadi di dalam kegelapan, bukan abadi
dalam arti Kristen, melainkan dalam arti sehari-hari; satu kehidupan ini
saja cukup.
Bagi saya, sebagai manusia, haruslah ada jalan keluar, dan
bukan dengan menciptakan suatu harapan di masa depan.
Dapatkah saya
sebagai manusia mengakhiri rasa takut, secara total; bukan sedikit demi
sedikit? Mungkin Anda belum pernah menanyakan itu kepada diri Anda
sendiri, dan mungkin Anda tidak menanyakannya karena Anda tidak tahu
bagaimana caranya keluar dari situ.
Tetapi jika Anda menanyakannya
secara amat serius, dengan maksud bukan untuk menemukan cara
mengakhirinya, melainkan dengan maksud untuk menemukan hakikat dan
struktur rasa takut itu sendiri, maka pada saat Anda menemukannya, rasa
takut itu sendiri berakhir; Anda tidak perlu melakukan apa-apa
terhadapnya.
Bila kita menyadari rasa takut itu dan berhubungan dengannya secara
langsung, maka si pengamat adalah apa yang diamati. Tidak ada perbedaan
antara si pengamat dengan apa yang diamati. Bila rasa takut diamati
tanpa si pengamat, terdapat tindakan, tetapi bukan tindakan si pengamat
yang bertindak terhadap rasa takut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar